Bali – IKAMaT. IKAMaT mewakili KeSEMaT menghadiri kegiatan Shared Learning Workshop on Mangrove Restoration and Rehabilitation for Climate Change Adaptation and Mitigation. Kegiatan ini diselenggarakan oleh ASEAN Mangrove Network (AMNET) dan Direktorat Jenderal Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk mendukung proyek bertajuk “Pengelolaan Ekosistem Mangrove di Kawasan ASEAN.” (18-19/9/2024).
Pemaparan materi mangrove dari masing-masing negara ASEAN.
Workshop ini melibatkan delegasi dari negara-negara ASEAN, seperti Indonesia, Singapura, Thailand, Malaysia, Brunei Darussalam, Vietnam, Kamboja, dan Myanmar, yang mempresentasikan kegiatan restorasi dan rehabilitasi mangrove di masing-masing negara. Peserta terdiri dari perwakilan instansi pemerintah, lembaga non-pemerintah, dan peneliti yang berkomitmen terhadap pengelolaan ekosistem mangrove.
Kegiatan pada hari pertama dimulai dengan penyambutan peserta yang disertai dengan acara makan malam bersama. Hari kedua dilanjutkan dengan sesi workshop yang berlangsung di ruang Workshop Hotel Aston Kuta Selatan, Bali. Acara ini dibuka oleh ASEAN Secretariat dan Direktur Jenderal Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan, diikuti oleh sambutan dari Keynote Speaker, Prof. Daniel Mudiyarso dari CIFOR-ICRAF. Workshop ini dimoderatori oleh Prof. Cecep Kusmana dari Institut Pertanian Bogor, dan berlangsung dengan pemaparan mengenai strategi restorasi dan rehabilitasi mangrove dalam mitigasi serta adaptasi terhadap perubahan iklim dari setiap negara ASEAN.
Field Trip di kawasan mangrove MIC, Bali.
Pada sesi diskusi, IKAMaT diwakili oleh Bagus R. D. Angga (Direktur Program), yang menyampaikan strategi pendekatan rehabilitasi mangrove berbasis masyarakat (Community-Based Solution). Dia menekankan bahwa pelibatan masyarakat adalah kunci keberhasilan dan keberlanjutan program rehabilitasi mangrove. Topik ini memicu banyak pertanyaan dan diskusi terkait pengelolaan mangrove berbasis masyarakat di negara-negara ASEAN.
“IKAMaT dan KeSEMaT sangat mendukung proyek pengelolaan ekosistem mangrove di negara-negara ASEAN,” kata Bagus. “Dengan pendekatan Community-Based Solution, kegiatan rehabilitasi dan restorasi mangrove di sebuah kawasan dapat berjalan optimal karena didukung penuh oleh masyarakat setempat,” lanjutnya.
Foto bersama selepas acara.
Pada hari kedua, peserta melakukan Field Trip di Mangrove Information Center (MIC), Taman Hutan Raya (Tahura) I Gusti Ngurah Rai, Bali. Selain melihat kondisi eksisting mangrove, pemandu dari MIC menjelaskan sejarah pengembangan, jenis-jenis mangrove, dan menayangkan video dokumenter mengenai MIC. Field Trip ini juga mengunjungi area pembibitan mangrove di Tahura, dimana berbagai jenis mangrove dibibitkan dengan metode penyiraman secara berkala.
Sebagai penutup, sesi tanya jawab tentang pengelolaan MIC dan area pembibitan mangrove dilakukan dengan pengelola MIC. Keseluruhan kegiatan berjalan dengan baik dan lancar, diakhiri dengan sesi foto bersama. Kegiatan ini mencerminkan komitmen Jaringan Mangrove ASEAN (AMNET) dalam meningkatkan upaya pelestarian dan rehabilitasi ekosistem mangrove di kawasan ASEAN, serta mempromosikan keberlanjutan regional. (ADM/AP/BRDA).